.: Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang :.

SURAH AL-'ALAQ



SURAH AL-'ALAQ

“SEGUMPAL DARAH”

بِِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dengan Nama Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang.

Lima ayat pertama surah ini umumnya dianggap sebagai ayat yang pertama diwahyukan kepada Nabi Muhammad. Surah ini berkenaan dengan upaya pembangkitan kecerdasan dan pengetahuan yang sudah ada dalam diri si pembaca, dan menyangkut pengetahuan diri serta pembacaan catatan batin.

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ

1. Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan.

Iqra' (dari qara'a, membaca) berarti 'Bacalah!' Ini adalah perintah yang datang kepada Nabi, yang disebut sebagai ummi (tidak belajar secara formal). Tapi penerjemahan kata ummi sebagai 'buta aksara' atau 'tidak berpendidikan' adalah bentuk penyalahartian yang umum. Kalau sekadar tidak berpendidikan maka tidaklah ada artinya, dan jika Nabi buta aksara maka akan ada sesuatu yang keliru. Nabi sendiri mendorong agar kaumnya melek aksara dan selalu terus didampingi oleh para ahli baca-tulis. Namun beliau tidak mendapat pendidikan atau pengajaran formal, karena pengetahuannya berasal dari sumber 'batin'.

Ummi juga berarti 'keibuan atau seperti ibu'. Umm berarti 'ibu' atau 'sumber'. Pengetahuan beliau adalah dari Satu Sumber. Kalau kita mengatakan ummi maksudnya adalah bahwa diri beliau sendiri sudah merupakan catatan, dan berarti beliau membaca catatan dirinya sendiri.

Rabb (Tuhan) adalah entitas yang membesarkan kita, sebagai energi atau atribut Allah yang fungsinya adalah mendidik dan membesarkan setiap orang hingga mencapai potensi penuhnya. Itulah tujuan dari Penciptaan. Isi perintah adalah membaca dengan izin untuk mengenal tujuan penciptaan, memahami penciptaan secara keseluruhan, dan memahami realitas tunggal yang menjelma sebagai Rabb. Meskipun Rabb diterjemahkan sebagai 'Tuhan', na-mun memiliki makna yang banyak sekali. la berarti 'Pemelihara', dengan kerahman-rahiman-Nya manusia diberikan kesadaran dan ditopang dengan suplai udara.

Pada saat ayat-ayat ini diwahyukan kepadanya, Nabi sudah biasa menghabiskan berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan bermeditasi dalam sebuah gua untuk menembus selubung eksistensi, dengan cara demikian beliau mengikuti jalan orang-orang sebelumnya yang mengikuti diktum, 'Orang yang mengenal dirinya, mengenal Tuhannya'. Jalan menuju pengetahuan tentang ketuhanan, tentang kepemeliharaan, adalah dengan cara mengenal apa yang paling dekat kepada kita, yakni semua aspek yang berbeda dari diri kita.

Sebagaimana para pencari dari masa sebelum dan sesudah beliau, beliau pergi ke tempat-tempat terpencil menjalani masa-masa perenungannya. Bagi pencari sejati, ini bukanlah pelarian diri, melainkan suatu upaya langsung dan positif untuk mengungkapkan jatidirinya. Hal ini dilakukan dengan merenungkan dirinya. Akhirnya, beliau bisa mencapai suatu titik netralitas di mana hampir tidak ada lagi dari diri itu yang tertinggal karena ia sudah dikenal dalam segala aspeknya oleh si pencari. Ia akan melihat setiap sudut dari apa yang disebut persona (topeng, dalam bahasa Latin).

Bila ini sudah dipahami, si pencari dengan tulus-ikhlas terus berjalan menuju peniadaan, dilambangkan dengan Batu Hitam Ka'bah. Ia bergerak menuju keadaan tanpa sifat. Kalau kata kaum sufi, 'mencapai kedekatan pada pancaran cahaya hakikat, pergi dari bintang-bintang sifat'. Pertama-tama, ia menenangkan tindakan-tindakannya, selanjutnya, ia memasuki alam sifat yang lebih halus, kemudian ia melintasi perbatasan hakikat. Setelah itu, kemudian ia menjelajahi alain lain. Proses penjelajahan ini tidak dapat dilihat atau digambarkan secara langsung, dan di alam ini berlaku perangkat aturan lain. Itulah negeri tak berpenghuni di mana tak ada yang dapat menolong orang lain, selain membicarakan batas-batas lahiriahnya. Masing-masing orang menafsirkan pengalaman ini secara berbeda. Ia bagaikan sebuah peristiwa yang menyebabkan goncangan dahsyat dan yang berusaha digambarkan oleh setiap orang dengan bahasa yang berbeda. Ia adalah citarasa, citarasa yang lebih tinggi; ia adalah pembukaan yang hebat. Ia merupakan pengecambahan hati yang meledak.

Pembukaan ini, tentu saja, menghancurkan, sebagaimana kita saksikan pada kejadian yang menimpa Musa. Kejadian tersebut merupakan pengalaman yang menghancurkan; ia bukan sekadar pengalaman lain dari kehidupan ini, tapi malah merupakan pengalaman lain dari alam lain. Kita hanya dapat berjalan sejauh memahami pengetahuan dan informasi mengenai alam kesadaran kita, dan ini sebenarnya merupakan aspek kesadaran yang lebih tinggi. Bagaikan kisah seseorang yang hidup di bawah air. Ia sangat mengetahui apa yang ada di bawah air dan ia mengerti apa yang terjadi di sana. Ia mungkin juga sudah sering melihat sepintas apa yang ada di atas air. Tapi berada di atas air memang sebuah pengalaman yang berbeda. Tidak peduli berapa banyak ia dipersiapkan untuk berada di atas air, tetap saja berada di atas air merupakan goncangan. Nabi berada dalam keadaan terguncang sehingga sebagian orang bahkan mengatakan beliau menjadi gila.

خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ

2. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah.

Pembacaan itu—melalui 'ilm al-laduni (intuisi, pengetahuan batin)—mengungkapkan kepada Nabi tentang mengapa dan bagaimana terjadinya realitas penciptaan. Dengan kata ‘alaq yang berarti 'gumpalan darah', kita diberitahu keseluruhan kisah tentang manusia di alam ini. Kata ‘alaq juga berarti 'lintah', dari kata 'aliqa yang berarti 'menggantungkan, menempel, dilekatkan, menjadi hamil'. Kata ini menunjukkan bahwa Tuhan menciptakan manusia dari sesuatu yang menggantung, dari benda kecil sekali yang mengancing—sperma menyatu dengan ovum—dan kemudian stabil menjadi 'alaq. Perkembangan hanya bisa terjadi jika 'alaq itu menempel pada rahim. Jadi penciptaan dihasilkan hanya oleh sesuatu yang menggantung, bahkan seperti bumi yang tergantung pada orbitnya di dalam bintik alam semesta.

Secara biologis, penciptaan seperti yang kita pahami sekarang digambarkan secara sempurna dalam Alquran. Kita hanya perlu keberanian untuk memperhatikan kata-kata ini secara cermat dan memahami makna batinnya, tanpa menyembunyikannya.

Kita harus membaca, melihat, dan memahami situasi manusia secara intuitif, melalui alam batin kita sendiri. Kita tidak terpisah dari alam ini. Manusia dan semua yang terjadi di dalam dan di luar alam ini berasal dari satu Realitas. Kita harus membaca berdasarkan sifat murah hati yang diberikan oleh Pemelihara dan Tuhan yang paling murah hati.

اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ

3. Bacalah karena Tuhanmu adalah yang paling murah hati,

الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ

4. Yang mengajarkan dengan [menggunakan] pena,

Qalama berarti 'memotong', dan qalam berarti 'pena atau pensil'. Itu adalah alat yang digunakan orang untuk meninggalkan tanda; ia menuliskan sesuatu dan tercatat selamanya.

Qalam juga adalah pena yang telah mencatat tentang bagaimana penciptaan ini akan dipertahankan, dipelihara dan dikembalikan. Hukum yang berlaku di dalam penciptaan bekerja melalui energi halus yang ada di dalamnya dan yang mempedomaninya, yakni malaikat sebagaimana disebutkan dalam Alquran. Meskipun disebut malaikat, yang pada kebanyakan orang menimbulkan imajinasi tentang makhluk bersayap, namun lebih tepat kalau mereka disebut sebagai kekuatan, tenaga, atau bentuk-bentuk energi. Mereka yakin bahwa apa yang telah tertulis, yakni, hukum yang mengatur segala aspek, nyata maupun tidak nyata, di alam semesta ini, adalah terintegrasi, termuat dan terpelihara, dan berada di jalannya.

Dikatakan dalam Alquran bahwa jika semua pohon di dunia dijadikan pena dan semua lautan dijadikan tinta, maka semua ini pun tidak akan cukup untuk mencatat ciptaan, perintah atau kekuasaan Allah. Maknanya adalah bahwa setiap kemungkinan, setiap permutasi dan kombinasi dari berbagai kemungkinan ini selalu ada, baik dalam makna ataupun bentuk. Jumlah kemungkinannya tidak terhingga. Begitulah makna pena. Penalah yang menulisi lembaran penciptaan, qadha wa qadar, ketentuan dan takdir. Ia memiliki tujuan, arah, akhir dan hasil, semuanya berada dalam satu komando penciptaan. Maka, inilah pena yang menulis.

Ketika hal ini terjadi pada Nabi, seakan-akan beliau dengan serta merta menyaksikan tulisan pena itu secara keseluruhan. Beliau mengalami kebenaran yang berlimpah dan ketika itu beliau melihat pencantuman kode sub-genetiknya. Apa pun yang dapat kita pahami dari kebenaran tersebut, semuanya sudah tertulis dalam diri kita.

عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ

5. Mengajarkan kepada manusia apa yang ia tidak tahu.

Dia mengajari manusia apa yang ia tidak tahu, karena manusia tidak menyadari akan potensi pengetahuannya. Dia mengajari manusia, yang hanya melihat apa yang ada di hadapannya, bahwa sebenarnya ia tidak mengetahui apa yang ada sebelumnya dan di belakangnya. Dia mengajari manusia keesaan (tauhid), Dia mengajarinya keterkaitan dengan masa lampau dan masa akan datang, karena tidak ada masa lampau maupun masa akan datang, Keduanya hanya ada dalam dimensi waktu kita yang menyesatkan, dan dari sudut pandang realitas, dimensi non-duniawi, masa lampau dan masa datang hanyalah aspek atau produk dari dimensi waktu. Ayat ini berkaitan dengan pengetahuan yang tidak bisa ditularkan dari satu orang ke orang lain, tapi hanya antara manusia dan sang Pencipta, di mana tidak ada pemisahan. Ketika manusia sepenuhnya menjadi sebuah non-entitas, maka sang Entitas Tunggal melakukan kehendaknya. Ini adalah 'ilm al-laduni.

كَلَّا إِنَّ الْإِنسَانَ لَيَطْغَى

6. Tidak! Sesungguhnya manusia itu adalah pelanggar (melampaui batas),

Upaya untuk mendapatkan pengetahuan diri dimulai dengan melihat pada apa yang terdekat kepada kita, yakni sifat rendah manusia: rasa takut, nafsu syahwat, amarah, keputus-asaan dan kekurang percayaannya. Sifat rendah dan kesombongan manusia sedemikian rupa sehingga selalu menyebabkannya melampaui batas, yathgha. Ia menyandang salah satu Sifat Allah, sehingga ia menjadi arogan. Namun arogansi memang sifatnya karena secara otomatis dan spontan ia bergerak menuju Allah.

Hanya ada satu realitas dalam penciptaan, dan karenanya kita harus menerima Alquran secara keseluruhan. Dalam Alquran dikatakan bahwa sebagian ahli kitab—dari kitab-kitab wahyu lainnya, yang merupakan versi-versi dari Kitab yang satu—hanya menerima beberapa bagian Kitab saja. Mereka hanya mengambil bagian yang ingin mereka gunakan untuk kepentingan kekuasaan atau untuk tujuan lain, tapi hal ini tidak bisa dilakukan.

Dengan demikian, kita akan selalu menemukan permulaan pada apa yang terdekat kepada manusia sendiri, dan itulah yang berada di jalan kemudahan (yusr). Mengambil jalan mudah adalah mengikuti diri (nafs) kita. Maka, yang paling dekat kepada manusia adalah sifat rendahnya yang muncul dan menimpanya, yakni, kecemasan, rasa takut, amarah dan seterusnya yang muncul terutama karena arogansinya. Arogansi manusia mencuat dari pikiran yang keliru bahwa karena ia berada di sini di bumi ini maka ia harus menempatkannya dengan benar.

Tujuan sebenarnya dari keberadaan kita di sini adalah agar kita sepenuhnya mengetahui mengapa kita di sini. Begitu kita mengetahuinya, maka segala sesuatu lainnya akan mengikuti. Namun kita telah melupakan prioritas kita sehingga tidak ingin membicarakan persoalan sulit seperti itu. Persis seperti dongeng Mulla Nasruddin yang mencari cincinnya yang hilang di bawah lampu jalan. Saat sedang mencari, datanglah orang lain untuk membantunya. Akhirnya, karena tak kunjung ketemu, orang itu bertanya kepada Mulla Nasruddin apakah ia yakin telah menjatuhkannya di tempat itu. Ia menjawab bahwa hilangnya di tempat lain. Dengan ragu orang itu bertanya lagi, 'Lantas mengapa engkau mencarinya di sini?' 'Karena di tempat saya kehilangan cincin keadaannya gelap, sedangkan di sini terang.'

Kecenderungan kita adalah ingin memusatkan perhatian hanya pada persoalan-persoalan sederhana yang sudah lazim. Kita tidak ingin bertanya kepada diri kita sendiri mengapa kita ada di sini. Itu adalah pertanyaan sulit yang memerlukan waktu, upaya dan perenungan untuk menjawabnya. Sifat manusia juga cenderung arogan dalam lebih dari satu pengertian, tidak hanya dalam pengertian membesar-besarkan diri saja. Arogansi itu akan dengan mudah dipelihara karena usia tua. Kita sedang membicarakan arogansi dalam pengertian sikap manusia yang tidak mempertanyakan keadaan, posisi dan tujuannya, tidak mempertanyakan ketidak ada apa-apaannya atau kenyataan bahwa paling banter ia hanya tergantung pada udara. Ketika dalam keadaan sangat sehat, manusia laksana sebuah balon yang mengembang dan mengempis sendiri, tidak mempertanyakan dirinya, lupa akan kenyataan bahwa napas adalah satu-satunya modal dia dan segala sesuatu lainnya hanya sepintas lalu saja. Tidak mempertanyakan: inilah tbughyan (pelanggaran), thughyan batin. Pada suatu saat ia bisa jatuh mati. Akankah ia pergi dengan tenang? Akankah ia meninggalkan stasiun kereta api dengan hati yang terbuka untuk melakukan perjalanannya?

أَن رَّآهُ اسْتَغْنَى

7. Karena ia melihat dirinya sudah bebas dari keinginan (serba cukup).

Salah satu penyebab arogansi kita adalah karena kita merasa sanggup mencukupi keperluan diri kita sendiri. Istaghna di sini berarti menganggap diri tidak bergantung, kaya, mandiri. Keyakinan yang keliru bahwa kita bebas ciari tuntutan kebutuhan akan membuat kita terputus, keluar dari tauhid dan lepas.

إِنَّ إِلَى رَبِّكَ الرُّجْعَى

8. Sesungguhnya kepada Tuhanmulah [kamu] kembali.

Kepada Tuhanmu, kepada Pemeliharamu, kepada Realitas itulah kamu akan kembali. Segala sesuatu dipelihara oleh sang Maha Pemelihara.

أَرَأَيْتَ الَّذِي يَنْهَى

9. Apakah engkau melihat orang yang melarang

عَبْدًا إِذَا صَلَّى

10. Seorang hamba [Allah] dari melakukan salat?

Contoh yang diberikan di sini merujuk kepada situasi historis yang nyata, tapi berlaku sepanjang masa. Kita menyaksikan bagaimana orang yang melarang orang lain yang ingin beribadat dan mengerjakan salat—seperti terjadi pada Nabi, yang senantiasa menjadi target upaya Abu Jahal untuk melarangnya melakukan salat dekat Ka'bah—benar-benar menderita rugi.

أَرَأَيْتَ إِن كَانَ عَلَى الْهُدَى

11. Sudahkah kau perhatikan kalau-kalau ia di jalan yang benar,

أَوْ أَمَرَ بِالتَّقْوَى

12. Atau menyuruh supaya bertakwa [kepada Allah]?

Ini berarti mereka benar-benar dalam keadaan berlawanan; mereka tidak berada di jalan yang benar dan tidak juga bertakwa. Karena tidak memiliki pengetahuan yang dalam maka mereka menyangkal dan berdusta. Berdusta adalah menutupi kebenaran. Kebenaran ada pada mereka tapi mereka tidak ingin terbuka kepada kebenaran itu karena bertentangan dengan nilai-nilai yang mereka junjung tinggi.

أَرَأَيْتَ إِن كَذَّبَ وَتَوَلَّى

13. Apakah engkau memperhatikan kalau mereka mendustakan kebenaran dan berpaling?

أَلَمْ يَعْلَمْ بِأَنَّ اللَّهَ يَرَى

14. Apakah ia tidak tahu bahwa Allah melihat?

Di sinilah jawabannya. Dia mengetahui kebenaran dalam hati, tapi tidak bertindak sesuai dengan pengetahuan itu. Dia tidak menyadari bahwa apa pun yang dilakukannya, apa pun yang diniatkannya, di mana pun dan bagaimana pun ia bergerak, maka Realitas, yang menyerap dan menahan serta mengendalikan semua, mengetahuinya. Realitas adalah yang mengetahui segalanya. Hanya orang yang menderita rugi yang tidak mengetahui hal ini.

كَلَّا لَئِن لَّمْ يَنتَهِ لَنَسْفَعًا بِالنَّاصِيَةِ

15. Tidak! Jika ia tidak berhenti, Kami akan merenggutnya di ubun-ubunnya.

نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ

16. Ubun-ubun yang berdusta, yang berdosa.

Nashiyah adalah ubun-ubun. Dicengkeram dan diseret di bagian jambul berarti benar-benar dipermalukan. Siapa pun yang merugi, siapa pun yang mengingkari kebenaran di dalam dirinya, akan berakhir dalam keadaan dicengkeram seperti itu. Bagaikan gilingan azab kehidupan, merugi di sini dan saat ini, dan juga di hari akhirat.

فَلْيَدْعُ نَادِيَه

17. Lalu biarlah ia memanggil kawan-kawan segolongannya;

Biarlah dia memanggil orang yang telah menjadi gantungan dan andalannya. Maka ia akan mengetahui bahwa tidak ada bantuan selain dari Allah, dan dengan penyaksian itu ia akan menyadari bahwa ia telah bersandar pada kedustaan.

سَنَدْعُ الزَّبَانِيَةَ

18. Kami akan memanggil mereka yang memasukkan [ke dalam neraka].

Ini berkenaan dengan kekuatan dan kekuasaan yang bermain dalam eksistensi ini. Zabaniyah di sini adalah kekuatan malaikat dan kelaziman mereka sebagai tenaga yang sepenuhnya dan secara langsung memberlakukan diktum takdir. Yakni, menerapkan, dalam pengertian yang disebutkan sebelumnya, apa yang telah ditulis oleh pena.

كَلَّا لَا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ

19. Tidak! Janganlah engkau taat kepadanya, tetapi bersujudlah dan mendekatlah [kepada Allah].

Jalan keluarnya adalah mendekat kepada Allah. Kedekatan kepada Allah adalah melalui sajdah (sujud), yakni bukti lahiriah dari keberserahan batin. Gerak sujud lahir adalah manifestasi dari keadaan batin, kalau tidak maka gerakan itu akan menjadi sekadar ritus hampa belaka. Sajada, akar dari sajdah, juga berarti 'menaati', maksudnya menaati tujuan eksistensi. Tujuan eksistensi adalah mengetahui sumber dari seluruh penciptaan, Allah Yang Mahakuasa.

Makna lain dari sajada adalah 'tunduk' dan melalui ketundukkan itu muncullah kebebasan. Kebebasan satu-satunya adalah pengakuan akan tiadanya kebebasan. Kebebasan satu-satunya adalah pengakuan batin langsung bahwa benar-benar tidak ada kemungkinan untuk kebebasan. Dari pengakuan tersebut muncullah kebebasan dan kelepasan yang pokok, yakni kebebasan yang nyata dan tak terbatas, kebebasan yang melampaui penciptaan kita dan setelah kematian kita. Tujuan kita adalah berada dalam kemabukan batin dan ketidakmabukan lahir, keterbebasan batin dan kesopanan serta kebaikan lahir. Dalam keadaan ini kita tidak menjadi sadar terhadap sesuatu, tapi menjadi kesadaran itu sendiri. Maka inilah manifestasi lahir dari sajdah, dari sujud, yang bersifat spontan. Itulah satu-satunya posisi manusia dan merupakan posisi yang terakhir dan juga yang pertama.

Setelah itu barulah kita dapat berbicara tentang pertanggungjawaban, karena dengan demikian kita memulai dari fondasi yang selalu tersedia. Dengan kata lain, jika kita ingin mengetahui apa yang benar atau salah, kita harus selalu sadar bahwa kita mati. Jika kita tidak berada dalam keterlepasan total, maka yang akan kita lakukan tak lebih dari membuat berbagai pertimbangan nilai dan membawa masa lalu kita ke masa sekarang.

Keterlepasan adalah kebebasan, dan dari kebebasan itu muncullah aksi yang bersih, yang jauh lebih dari sekadar reaksi. Namun pencarian kebebasan biasanya merupakan reaksi terhadap belenggu yang dipasang pada diri sendiri. Marilah terlebih dahulu kita berusaha membebaskan diri kita dari belenggu-belenggu individu ini sebelum mulai mencari kebebasan yang sejati.

Software Al-Qur'an di Microsoft Word


Anda yang gemar menulis dengan mengunakan program Word, terkadang anda merasakan adanya keterbatasan fasilitas dari program ini dan sudah pasti agak menganggu kenyamanan bekerja. Salah satu keterbatasan fasilitas dari Word adalah belum bisa secara langsung mengkutip Ayat-ayat Al Qur’an atau terjemahannya dalam content tulisan. Untuk mengatasi hal demikian ikuti langkah-langkah berikut.

Menulis artikel, membuat soal, skripsi, thesis, atau disertasi, dll terkadang membutuhkan kutipan dari Ayat-ayat Al Qur’an atau terjemahannya. Untuk bisa mengutip Ayat-ayat Al Qur’an atau terjemahannya kami sarankan anda untuk mendownload softwarenya, Klik Disini.

Untuk anda ketahui bahwa Software ini kompatibel pada program Word version 2003 dan 2007. Bila menggunakan 2007 maka setelah proses instalasi maka software akan masuk plugin, sedangkan untuk 2003 maka Software akan masuk ke toolbar nya. Untuk versi selain 2003 dan 2007 anda bisa mencobanya.

Semoga upaya menyebarkan Firman Allah S.W.T ke dalam content tulisan yang anda sekalian buat bisa menghadirkan manfaat dan berkah, subhanallah, selamat mencoba

Menyikap 1001 Hikmah Sholat Shubuh


“Sesungguhnya amal manusia yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya” Jika shalatnya baik, maka baik pula seluruh amalnya; dan kalau jelek, maka jeleklah seluruh amalnya. Bagaimana mungkin seorang mukmin mengharapkan kebaikan di akhirat, sedang pada hari kiamat bukunya kosong dari shalat Subuh tepat waktu?

“Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya’ dan shalat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka akan mendatangi keduanya (berjamaah di masjid) sekalipun dengan merangkak” [HR Al-Bukhari dan Muslim]

Shalat Subuh memang shalat wajib yang paling sedikit jumlah rekaatnya; hanya dua rekaat saja. Namun, ia menjadi standar keimanan seseorang dan ujian terhadap kejujuran, karena waktunya sangat sempit (sampai matahari terbit)

Ada hukuman khusus bagi yang meninggalkan shalat Subuh. Rasulullah saw telah menyebutkan hukuman berat bagi yang tidur dan meninggalkan shalat wajib, rata-rata penyebab utama seorang muslim meninggalkan shalat Subuh adalah tidur.

“Setan melilit leher seorang di antara kalian dengan tiga lilitan ketika ia tidur. Dengan setiap lilitan setan membisikkan, ‘Nikmatilah malam yang panjang ini’. Apabila ia bangun lalu mengingat Allah, maka terlepaslah lilitan itu. Apabila ia berwudhu, lepaslah lilitan yang kedua. Kemudian apabila ia shalat, lepaslah lilitan yang ketiga, sehingga ia menjadi bersemangat. Tetapi kalau tidak, ia akan terbawa lamban dan malas”.

“Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang banyak berjalan dalam kegelapan (waktu Isya’ dan Subuh) menuju masjid dengan cahaya yang sangat terang pada hari kiamat” [HR. Abu Dawud, At-Tarmidzi dan Ibnu Majah]

Allah akan memberi cahaya yang sangat terang pada hari kiamat nantinya kepada mereka yang menjaga Shalat Subuh berjamaah (bagi kaum lelaki di masjid), cahaya itu ada dimana saja, dan tidak mengambilnya ketika melewati Sirath Al-Mustaqim, dan akan tetap bersama mereka sampai mereka masuk surga, Insya Allah.

“Shalat berjamaah (bagi kaum lelaki) lebih utama dari shalat salah seorang kamu yang sendirian, berbanding dua puluh tujuh kali lipat. Malaikat penjaga malam dan siang berkumpul pada waktu shalat Subuh”. “Kemudian naiklah para Malaikat yang menyertai kamu pada malam harinya, lalu Rabb mereka bertanya kepada mereka - padahal Dia lebih mengetahui keadaan mereka - ‘Bagaimana hamba-2Ku ketika kalian tinggalkan ?’ Mereka menjawab, ‘Kami tinggalkan mereka dalam keadaan shalat dan kami jumpai mereka dalam keadaan shalat juga’. ” [HR Al-Bukhari]

Sedangkan bagi wanita - walau shalat di masjid diperbolehkan - shalat di rumah adalah lebih baik dan lebih banyak pahalanya, yaitu yang mengerjakan shalat Subuh pada saat para pria sedang shalat di masjid. Ujian yang membedakan antara wanita munafik dan wanita mukminah adalah shalat pada permulaan waktu.

“Barang siapa yang menunaikan shalat Subuh maka ia berada dalam jaminan Allah. Shalat Subuh menjadikan seluruh umat berada dalam jaminan, penjagaan, dan perlindungan Allah sepanjang hari. Barang siapa membunuh orang yang menunaikan shalat Subuh, Allah akan menuntutnya, sehingga Ia akan membenamkan mukanya ke dalam neraka” [HR Muslim, At-Tarmidzi dan Ibnu Majah]

Banyak permasalahan, yang bila diurut, bersumber dari pelaksanaan shalat Subuh yang disepelekan. Banyak peristiwa petaka yang terjadi pada kaum pendurhaka terjadi di waktu Subuh, yang menandai berakhirnya dominasi jahiliyah dan munculnya cahaya tauhid. “Sesungguhnya saat jatuhnya adzab kepada mereka ialah di waktu Subuh; bukankah Subuh itu sudah dekat?” (QS Huud:81)

Rutinitas harian dimulainya tergantung pada pelaksanaan shalat Subuh. Seluruh urusan dunia seiring dengan waktu shalat, bukan waktu shalat yang harus mengikuti urusan dunia.

“Jika kamu menolong (agama) Allah, maka ia pasti akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (QS Muhammad : 7)

“Sungguh Allah akan menolong orang yang menolong agamanya, sesungguhnya Allah Maha Kuat dan Maha Perkasa” (QS Al-Hajj:40)

TIPS MENJAGA SHALAT SUBUH :

1. Ikhlaskan niat karena Allah, dan berikanlah hak-hak-Nya
2. Bertekad dan introspeksilah diri Anda setiap hari
3. Bertaubat dari dosa-dosa dan berniatlah untuk tidak mengulangi kembali
4. Perbanyaklah membaca doa agar Allah memberi kesempatan untuk shalat Subuh
5. Carilah kawan yang baik (shalih)
6. Latihlah untuk tidur dengan cara yang diajarkan Rasulullah saw (tidur awal; berwudhu sebelum tidur; miring ke kanan; berdoa)
7. Mengurangi makan sebelum tidur serta jauhilah teh dan kopi pada malam hari
8. Ingat keutamaan dan hikmah Subuh; tulis dan gantunglah di atas dinding
9. Bantulah dengan 3 buah bel pengingat(jam weker; telpon; bel pintu)
10. Ajaklah orang lain untuk shalat Subuh dan mulailah dari keluarga

Jika Anda telah bersiap meninggalkan shalat Subuh, hati-hatilah bila Anda berada dalam golongan orang-orang yang tidak disukai Allah untuk pergi shalat. Anda akan ditimpa kemalasan, turun keimanan, lemah dan terus berdiam diri.

Disarikan dari :
Buku “MISTERI SHALAT SUBUH”
Menyingkap 1001 Hikmah Shalat Subuh Bagi Para Pribadi dan Masyarakat
Pengarang : DR. Raghib As-Sirjani
Penerbit : Aqwam

TAFSIR MUDAH SURAT AL-FATIHAH

Oleh: Abdullah Saleh Hadrami


Pendahuluan

Segala puji hanya bagi Allah, Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah, keluarga dan sahabatnya yang setia sampai hari kiamat, amma ba?du;

Surat Al-Fatihah adalah surat Makkiyyah, yaitu surat yang diturunkan di Mekkah sebelum Rasulullah ?Shallallaahu ?Alaihi Wa ?Ala Alihi Wa Sallam hijrah ke Madinah.
Surat ini berada di urutan pertama dari surat-surat dalam Al-Qur?an dan terdiri dari tujuh ayat.

Diantara Nama-Nama Surat Al-Fatihah

Dari Abu Hurairah ?Radhiallahu ?Anhu berkata, telah bersabda Rasulullah ?Shallallaahu ?Alaihi Wa ?Ala Alihi Wa Sallam: ?Al-Hamdulillah (Al-Fatihah) adalah Ummul Qur?an, Ummul Kitab, As-Sab?ul Matsaani dan Al-Qur?anul Adhim.? (HR. At-Tirmidzi dengan sanad sahih).

Surat ini dinamakan Al-Fatihah karena surat ini adalah Fatihatul Kitab, yaitu pembuka Al-Kitab atau Al Qur'an. Juga, karena Al Qur'an, secara penulisan dibuka dengan surat ini. Demikian pula dalam shalat, Al Fatihah sebagai pembuka dari surat-surat lainnya.

Dinamakan dengan Ummul Kitab atau Umul Qur?an, yaitu induk Al-Qur?an, karena di dalamnya mencakup inti ajaran Al-Quran.

Dinamakan dengan As-Sab'ul Matsaani , yaitu tujuh ayat yang diulang-ulang, karena surat ini terdiri dari tujuh ayat dan selalu dibaca pada setiap raka'at dalam shalat.

Dianamakan Al-Qur?anul Adhim, yaitu bacaan yang agung, karena keagungan dan banyak keutamaannya.


Diantara Keutamaan Surat Al-Fatihah

Al-Fatihah adalah surat yang paling agung dalam Al-Qur?an. (HR. Imam Ahmad, Bukhari dll).

Allah tidak pernah menurunkan dalam Taurat dan Injil yang seperti surat Al-Fatihah. (HR. At-Tirmidzi dengan sanad sahih).

Al-Fatihah adalah Ruqyah, yaitu jampi-jampi untuk mengobati penyakit. (HR. Bukhari).

Shalat tidak sah tanpa membaca Al-Fatihah. (HR. Muslim dan An-Nasa?i).

Al-Fatihah adalah dialog hamba dengan Allah Ta?aala. (HR. Muslim dan An-Nasa?i).

Dari Abu Hurairah ?Radhiallahu ?Anhu, dari Rasulullah ?Shallallaahu ?Alaihi Wa ?Ala Alihi Wa Sallam bersabda: ?Barangsiapa shalat yang tidak membaca di dalamnya Ummul Qur?an (Al-Fatihah) maka shalatnya tidak sempurna (beliau ?Shallallaahu ?Alaihi Wa ?Ala Alihi Wa Sallam mengulanginya tiga kali).?
Lalu ditanyakan kepada Abu Hurairah ?Radhiallhu ?Anhu: Bagaimana apabila kita dibelakang imam ?. Abu Hurairah ?Radhiallahu ?Anhu menjawab: Bacalah (Al-Fatihah) dalam dirimu, karena sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah ?Shallallaahu ?Alaihi Wa ?Ala Alihi Wa Sallam bersabda:
?Allah Azza wa Jalla berfirman: ?Aku membagi shalat (Al-Fatihah) antara Aku dengan hambaKu menjadi dua bagian dan bagi hambaKu apa yang dia minta.
Apabila dia (hamba) mengucapkan: ?Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan sekalian alam.?
Allah Ta?aala menjawab: ?Hambaku memujiKu?.
Dan apabila dia (hamba) mengucapkan: ? Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.?
Allah Ta?aala menjawab: ?HambaKu menyanjung-nyanjungKu.?
Dan apabila dia (hamba) mengucapkan: ?Yang menguasai hari pembalasan.?
Allah Ta?aala menjawab: ?HambaKu mengagung-agungkanKu.?
Dan apabila dia (hamba) mengucapkan: ?Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.?
Allah Ta?aala menjawab: ?Ini adalah antara Aku dengan hambaKu dan bagi hambaKu apa yang dia minta.?
Dan apabila dia (hamba) mengucapkan: ?Tunjukilah kami jalan yang lurus,
(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.?
Allah Ta?aala menjawab: ?Ini adalah untuk hambaKu dan bagi hambaKu apa yang dia minta.?
(HR. Muslim dan An-Nasa?i).

Tafsir Mudah Surat Al-Fatihah

Membaca Basmalah Setiap Memulai Suatu Kebaikan Adalah Mendatangkan Berkah


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (1)


Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (1)

Aku memulai dengan nama Allah, memohon berkah, pertolongan dan petunjuk untuk menunaikan semua urusan dan agar supaya Allah mengabulkan.
Allah adalah sesembahan yang hak dan tidak ada sekutu bagiNya.
Allah adalah nama yang paling khusus diantara nama-nama Allah.
Ar-Rahmaan adalah Yang rahmatNya (pemberianNya) meliputi semua makhluk.
Allah berfirman: ?dan rahmatKu meliputi segala sesuatu.? (QS. Al-A?raaf: 156).
Ar-Rahiim adalah Maha Penyayang kepada orang-orang beriman saja.
Allah berfirman: ?Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang beriman.? (QS. Al-Ahzaab: 43)
Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiim adalah termasuk nama-nama Allah Al-Asma?ul Husna.


Memuji dan Bersyukur Kepada Allah


الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (2)


Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan sekalian alam. (2)

Semua yang selain Allah adalah alam. Allah memuji diriNya dan memerintahkan kepada hamba-hambaNya agar memujiNya karena hanya Dialah yang berhak untuk dipuji.
Allah suka terhadap pujian-pujian. Rasulullah ?Shallallaahu ?Alaihi Wa ?Ala Alihi Wa Sallam bersabda: ?Sesungguhnya Rabbmu suka dengan pujian-pujian.? (HR. Imam Ahmad dan An-Nasa?i)
Allah adalah Rabb, yaitu Tuhan Pencipta dan Pemilik semua makhluk, yang mengatur urusan mereka dengan nikmatNya serta memberikan keimanan dan amal saleh kepada para kekasihNya.
Allah Maha Esa dalam RububiyahNya yaitu Dia berdiri sendiri dalam menciptakan, memiliki, mengurusi dan memberi nikmat kepada semua makhlukNya.
Allah Maha Kaya dan tidak membutuhkan siapapun sedangkan seluruh alam semesta adalah fakir dan sangat membutuhkan Allah dalam segala urusan.

Diantara Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah


الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (3)


Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (3)

Ar-Rahmaan adalah yang rahmatNya (pemberianNya) meliputi semua makhluk.
Ar-Rahiim adalah Maha Penyayang kepada orang-orang beriman saja.
Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiim adalah termasuk nama-nama Allah Al-Asma?ul Husna.
Rasulullah ?Shallallaahu ?Alaihi Wa ?Ala Alihi Wa Sallam bersabda: ?Seandainya orang mukmin mengetahui apa yang ada di sisi Allah berupa siksaan, pasti tidak ada seorangpun yang tamak menginginkan surgaNya. Dan seandainya orang kafir mengetahui apa yang ada di sisi Allah berupa rahmat, pasti tidak ada seorangpun yang berputus asa dari RahmatNya.? (HR. Muslim).

Iman Kepada Hari Akhir dan Persiapan Menghadapinya


مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (4)


Yang menguasai hari pembalasan. (4)

Allah adalah satu-satunya Penguasa dan Raja pada hari kiamat yaitu hari pembalasan atas semua amal perbuatan.
Berkata Umar ibnul Khaththab ?Radhiallahu ?Anhu: ? Hisablah (perhitungkanlah) dirimu sebelum dihisab ! Dan timbanglah dirimu sebelum ditimbang ! Dan bersiap-siaplah menghadapi hari ?ardl (penampakan amal) yang agung. Pada hari itu ditampakkan semua amalan sehingga tidak ada yang tersembunyi lagi.?

Memurnikan Tauhid dan Hanya Bergantung Kepada Allah


إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (5)


Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. (5)

Hanya kepadaMu semata kami taat dan beribadah dan hanya kepadaMu semata pula kami memohon pertolongan dalam semua urusan kami. Semua urusan adalah di tanganMu dan tiada satupun yang memilikinya walau sekecil apapun selain Engkau.
Berkata sebagian salaf: ?Al-Fatihah adalah rahasia Al-Qur?an, dan rahasianya terletak pada kalimat ini..Iyyaaka Na?budu Wa Iyyaaka Nasta?iin..Lafadh Iyyaaka Na?budu berarti berlepas diri dari kesyirikan, dan Iyyaaka Nasta?iin berarti berlepas diri dari daya upaya dan kekuatan serta berserah diri kepada Allah Azza Wa Jalla.

Doa Memohon Hidayah Setelah Memanjatkan Pujian-Pujian Kepada Allah


اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6)


Tunjukilah kami jalan yang lurus, (6)

Tunjuki, bimbing dan berilah kami hidayah ke jalan yang lurus serta tetapkanlah kami di atasnya sampai berjumpa denganMu yaitu Islam, jalan terang dan jelas yang menyampaikan kepada keridlaan Allah dan surgaNya.
Ash-Shiroothol Mustaqiim adalah jalan yang terang, jelas, lurus dan tidak bengkok, yaitu agama Islam yang dibawa Rasulullah ?Shallallaahu ?Alaihi Wa ?Ala Alihi Wa Sallam dan dipahami para sahabat ?Radhiallaahu ?Anhum.

Jalan Kebaikan dan Keburukan


صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7)


(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat. (7)

Yaitu jalan orang-orang yang Engkau berikan nikmat atas mereka diantara para Nabi, Siddiqin, Syuhada dan Shalihin karena mereka adalah orang-orang yang mendapatkan hidayah dan istiqomah. Dan janganlah Engkau jadikan kami menempuh jalan orang-orang yang Engkau murka atas mereka yaitu orang-orang yang mengetahui kebenaran akan tetapi tidak mengamalkannya, mereka adalah Yahudi dan siapa saja yang seperti mereka. Dan janganlah pula Engkau jadikan kami menempuh jalan orang-orang yang tersesat yaitu orang-orang yang tidak mendapatkan ilmu dan hidayah sehingga mereka salah jalan, mereka adalah Nasrani dan siapa saja yang mengikuti jalan mereka.

Membaca ?Aamiin? Setelah Al-Fatihah

Setelah membaca Al-Fatihah di sunnahkan mengucapkan ?Aamiin?, yang artinya adalah: ?Ya Allah kabulkanlah?.
Rasulullah ?Shallallaahu ?Alaihi Wa ?Ala Alihi Wa Sallam setelah membaca Al-Fatihah mengucapkan ?Aamiin? dengan mengeraskan bacaannya dan memanjangkan suranya. (HR. Imam Ahmad, Abu Dawud dll).

Diantara Kandungan Surat Al-Fatihah

Surat Al-Fatihah mencakup berbagai macam kandungan yang tidak terdapat pada surat lain dalam Al-Qur?an, diantaranya:

- Surat ini mencakup pujian-pujian, sanjungan dan pengagungan terhadap Allah Ta?aala dengan penyebutan nama-namaNya yang Maha Indah dan sifat-sifatNya yang Maha Tinggi.
- Surat ini mencakup ketiga macam tauhid, yaitu; a). Rububiyyah, diambil dari kalimat ?Rabbil ?Aalamiin?, b). Uluhiyyah, diambil dari kalimat ?Allaah? dan ?Iyyaaka Na?budu?, c). dan Al-Asma? Wa Ash-Shifat, diambil dari nama-nama dan sifat-sifat Allah yang terkandung di dalamnya.
- Penetapan kenabian, yaitu dari kalimat ?Ihdinash Shiroothol Mustaqiim?, karena kita tidak mungkin dapat mengetahui jalan yang lurus tanpa adanya risalah kenabian.
- Anjuran agar setiap hamba berdoa, meminta dan merendahkan diri di hadapan Allah Ta?aala.
- Diantara adab berdoa adalah memuji-muji Allah Ta?aala dengan menyebut-nyebut nama-nama dan sifat-sifatNya sebelum berdoa.
- Bantahan terhadap semua kelompok sesat dan menyimpang, yaitu dari kalimat ?Ihdinash Shiroothol Mustaqiim?, karena jalan yang lurus adalah mengetahui kebenaran dan mengamalkannya, sedangkan semua yang menyimpamg dan tersesat menyelisihi hal itu.
- Hendaklah kita selalu memohon hidayah kepada Allah Ta?aala karena hanya Dia-lah yang berkuasa untuk memberi hidayah dan menyesatkan sesuai dengan ilmu dan hikmahNya.
- Penetapan adanya hisab (perhitungan) dan jazaa? (pembalasan), yaitu dari kalimat ?Maaliki Yauwmid Diin?, dan bahwasanya pembalasan Allah adalah sangat adil.
- Ihlas dalam beragama hanya karena Allah semata, juga dalam beribadah dan memohon pertolongan, tidak menyekutukanNya dengan suatu apapun, yaitu dari kalimat ?Iyyaaka Na?budu Wa Iyyaaka Nasta?iin?.
- Penetapan adanya takdir, yaitu dari kalimat ?Shiroothol Ladziina An?amta ?Alaihim Ghoiril Maghdluubi ?Alaihim Walaadl Dhoolliin?, karena ada orang yang ditakdirkan bahagia dan adapula yang sengsara sesuai dengan hikmah dan ilmu Allah.
- Hendaklah pemahaman tentang takdir ini sesuai dengan pemahaman Ahlus Sunnah Wal Jama?ah dan tidak mengikuti kelompok yang menyimpang dan tersesat, yaitu Qadariyyah dan Jabriyyah.
- Motivasi agar kita beramal shaleh sehingga kita dikumpulkan bersama orang-orang shaleh pada hari kiamat kelak.
- Ancaman agar waspada dan menjauhi jalan-jalan kebatilan, sehingga kita tidak dikumpulkan bersama orang-orang ahli batil pada hari kiamat kelak.

Penutup

Ini sekelumit tentang surat Al-Fatihah dan semoga bermanfaat, amien.
Segala puji hanya bagi Allah, Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah, keluarga dan sahabatnya yang setia sampai hari kiamat.


Diantara Maraji?:

- Tafsirul Qur?anil Adhim, Karya Al-Hafidh Ibnu Katsir ?Rahimahullah.
- Al-Misbahul Munir Fi Tahdzibi Tafsir Ibni Katsir, Karya Sekelompok Ulama? yang diketuai oleh Asy-Syaikh Shafiyyur Rahman Al-Mubarak Fuuri ?Rahimahullah.
- Taisiirul Kariimir Rahmaan Fii Tafsiiri Kalaamil Mannaan, Karya Asy-Syaikh Abdur Rahman bin Nashir As-Sa?di ?Rahimahullah.
- At-Tafsir Al-Muyassar, Karya Sekelompok Ulama yang diketuai oleh Asy-Syaikh DR. Abdullah bin Abdul Muhsin At-Turki ?Hafidhahullah.
- Zaadul Masiir, Karya Ibnul Jauzi ?Rahimahullah.
- Dan kitab-kitab tafsir dan hadis lainnya?www.hatibening.com atau www.kajianislam.net
(c) Hak cipta 2008 - Hatibening.com

Hi !

Selamat Berjumpa !